HABIS PEMILU, ENAKNYA NGAPAIN
Dua hari yang lalu kita sudah melaksanakan pesta demokrasi terbesar di Negara kita. Siapapun yang terpilih, mereka adalah pemimpin yang terbaik untuk Indonesia. Namun setelah semua ini berlalu, ada sebuah pertanyaan terlintas di benak saya: “What’s next?”
Sedikit throwback ke lima tahun yang lalu, mantan Presiden kita (periode 2014 – 2019), Ir. H. Joko Widodo menggagaskan jargon “Revolusi Mental” yang juga pernah dicetuskan oleh Presiden Ir. Soekarno yang befokus pada perubahan (changes) terhadap cara kita berpikir, melihat, dan bekerja terhadap sesuatu.
Buat saya, dengan adanya campaign revolusi mental ini mendorong saya untuk merubah mindset dan kebiasaan saya yang kurang baik. Zaman dan teknologi terus berubah, baik secara positif atau negatif. There’s a quote that says, “Progress is impossible without CHANGE,”. Artinya kalau mau maju dan berkembang, ya, harus mau berubah. Oleh karena itu, kita harus mau berubah, namun ke arah yang positif to stay relevant with the world positively.
So without any further do, this is my “how-to” guide of mental revolution yang hopefully bisa menginspirasi:
The way I think (react) of something…
Zaman sekarang dengan adanya teknologi dan internet memudahkan kita untuk menerima informasi apapun secara langsung. Kadang informasi yang masuk belum ke-filter kebenarannya, terutama di media sosial. Seringkali kita langsung membentuk opini sendiri dan lalu men-share informasi tersebut.
Kita harus mengubah pola pikir atau mindset kita, karena mindset will produce reaction, and reaction will produce action which in this case is sharing the misleading news. Mindset yang kritis akan membuat kita nggak langsung terima sesuatu sebelum cek kebenarannya dan nggak jadi korban berita palsu. Simple-nya, jangan gampang share segala sesuatu di media sosial. Ingatlah untuk selalu cek dulu faktanya apapun itu. Jadilah pengguna media sosial yang bijak.
The way I see something…
Berkaitan lagi dengan media sosial, specifically Instagram. Nowadays Instagram menjadi sumber informasi kita dalam banyak hal, which is good. Tapi terkadang lewat Instagram juga bisa membawa pengaruh yang negatif. Contoh yang paling sering ditemukan adalah mulai meng-compare hidup kita dengan orang lain. Timbul banyak pikiran kenapa nggak secantik orang lain, kenapa nggak punya banyak uang buat ikutin tren, kenapa nggak nge-hits, dan lain-lain. Padahal kita tahu yang kita lihat mungkin nggak sepenuhnya seperti itu, yet we still compare our lives with them.
Kita menjadi sering nggak puas dengan kehidupan dan diri kita dan akhirnya berujung nggak happy atau parahnya lagi jadi nggak sayang sama diri sendiri. Comparison kills self-love. But actually, hal ini bisa diubah dengan satu cara, yaitu bersyukur. Mulailah dengan hal kecil seperti bisa bangun pagi, bisa pergi sekolah atau kuliah, punya pekerjaan, dan hal kecil lainnya. Memang bersyukur itu nggak mudah, tapi bukan berarti nggak bisa. Be grateful! Always.
The way I work on something…
This point is so relatable with ‘kids jaman now’. Kita sering banget stay di comfort zone yang membuat kita nggak berkembang karena malas atau takut untuk melakukan hal baru yang sebenarnya worth to try. Padahal dengan mencoba hal baru bisa jadi pengalaman yang berguna banget di kemudian hari, lho! Jangan takut untuk mencoba dan jangan takut untuk gagal. Kalau gagal, ya, coba terus. Kalau ditertawakan, nggak usah digubris. Don’t ever let anyone define you. Just keep moving forward! It will be worth it ❤
Mengubah kebiasaan buruk bisa menghasilkan pengaruh yang besar dalam hidup kita dan bahkan bisa menular positively ke orang lain di sekitar kita. Let’s change to be a better you, and of course for a better Indonesia!
Image sources by Unsplash (Duy Cham)